Satu lagi kancah perfilm-an Indonesia diramaikan dengan sebuah produk yang menurut banyak orang, dapat memberikan pembelajaran bagi anak-anak, remaja hingga orang dewasa.
Hebatnya gaung film ini, tak lepas dari genjarnya promosi yang dilakukan oleh Tim pemasaran-nya. Seluruh media cetak maupun elektronik memberikan resensi atas film ini sebagai kategori film pendidikan yang layak untuk ditonton oleh semua kalangan.
Sebagai produk lokal, film ini ingin menaikan karisma perfilman Indonesia yang beberapa saat ini, lebih banyak didominasi oleh film-film dengan tema Horor-isme.
Sampai-sampai Presiden SBY ikut pula meramaikan promosi untuk memberikan citra pada film ini.
Kehebatan promo Laskar Pelangi (LP) inipun menarik perhatian sebagian besar anak-anak usia sekolah dasar. Dan akhirnya berpengaruh kepada 2 bidadari-ku untuk ikut meramaikan desakan kepada orang tuanya, agar dapat menonton film yang saat ini menjadi trendseter.
Cukup lama anak-anakku merengek agar bisa menikmati film tersebut, karena terhalang dengan lokasi Cineplex yang lumayan jauh, juga waktu yang lebih berperan hingga rengekan itu di tambahin dengan keinginan ibu-nya yang tertarik pula ikut menonton.
Akhir penantian tersebut terjawab pada hari dimana aku dan anak-anakku dengan sengaja menempuh waktu hingga 1 jam lebih menuju Cineplex yang tepatnya berada pada gedung yang sama dengan Giant Bekasi Barat.
Dengan wajah yang ceria, anak-anakku sudah membayangkan bagaimana alur cerita film tersebut.
Sampai pada lokasi, kami langsung menuju Cineplex tersebut berada. Tapi keceriaan anakku langsung pupus, saat didepan loket petugas menyampaikan bahwa tiket telah habis. Dan apabila kami tetap ingin menontonnya, kami disarankan untuk menunggu pemutaran film berikutnya pada jam 21.15. Padahal saat itu jam baru menunjukkan pukul 16.45, yang rencananya kami akan menonton pada pemutaran pukul 18.00.
Dengan perasaan penuh kecewa anak-anakku tetap ingin menonton tapi tidak pada lokasi tersebut. Dan mereka mengajak untuk mencari Cineplex terdekat yang menurut mereka lebih sepi pengunjung dan dipastikan akan memperoleh tiket masuk.
Dengan perasaan iba, terpaksa aku mengikuti kemauan mereka dan berpindah lokasi di gedung yang memakan waktu 15 menit perjalanan. Bekasi Square, adalah tujuan kami. Tapi, sesampai di lokasi, kekecewaan anak-anakku kembali terulang. Disanapun tiket habis untuk 2 kali pemutaran waktu. Dan hanya pada pemutaran pukul 21.30 tiket masih tersisa.
Perasaan penasaran terus menghinggapi kedua anakku, dan mereka meminta keesokan harinya untuk menonton di lokasi yang lain. Kali ini berpindah lokasi di Tamini Square. Karena pada hari tersebut aku tidak dapat menemani mereka, akhirnya mereka mengajak kakak sepupunya untuk menonton. Dan kembali kekecewaan menghampiri setelah berada di depan loket. Tiket telah habis, dan hanya tersisa pemutaran terakhir pada pukul 21.00
Hingga artikel ini di tulis, kami sekeluarga masih belum berkesempatan untuk menikmati film tersebut. Benarkah alur cerita LK sehebat yang dipropagandakan? Atau ............memang kami telah termakan kehebatan promosi para marketer film tersebut. Mudah-mudahan isi ceritanya sehebat dengan apa yang dibicarakan banyak orang Label: sosial
Lebih lengkap........
|
