KangSoem.blogspot

TERIAKAN DI BELANTARA HAMPA

TRANSLATOR
English French German Spain Italian

Dutch Russian Portuguese Japanese Korean

Arabic Chinese Simplified
LABEL
> Technorati Profile
> SOSIAL
> HUMAS
> PENYEJUK IMAN
> PENGETAHUAN
BLOGROLL
TIP'S BLOGGER



VIDEO PILIHAN
PENDIDIKAN GRATIS GERINDRA
TRAGEDI QUEN DAY BELANDA
HEBATNYA PONARI
LINK KANGSOEM
- ABANG ANDI
- FREEWEB MASUKISWAY
- BELGEDES
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Subscribe in NewsGator Online


Powered by  MyPagerank.Net
Sang Pemimpin
23 September 2008
Oleh: A. Mustofa Bisri
Zahir sedang berada di pasar Madinah ketika tiba-tiba seseorang memeluknya kuat-kuat dari belakang. Tentu saja Zahir terkejut dan berusaha melepaskan diri, katanya: “Lepaskan aku! Siapa ini?” Orang yang memeluknya tidak melepaskannya justru berteriak: “Siapa mau membeli budak saya ini?” Begitu mendengar suaranya, Zahir pun sadar siapa orang yang mengejutkannya itu. Ia pun malah merapatkan punggungnya ke dada orang yang memeluknya, sebelum kemudian mencium tangannya. Lalu katanya riang: “Lihatlah, ya Rasulullah, ternyata saya tidak laku dijual.”
“Tidak, Zahir, di sisi Allah hargamu sangat tinggi;” sahut lelaki yang memeluk dan ‘menawarkan’ dirinya seolah budak itu yang ternyata tidak lain adalah Rasulullah, Muhammad SAW. Zahir Ibn Haram dari suku Asyja’, adalah satu di antara sekian banyak orang dusun yang sering datang berkunjung ke Madinah, sowan menghadap Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tentang Zahir ini, Rasulullah SAW pernah bersabda di hadapan sahabat-sahabatnya, “Zahir adalah orang-dusun kita dan kita adalah orang-orang-kota dia.”
***
Nabi Muhammad SAW Anda anggap pemimpin apa saja, pemimpin formal kah; pemimpin non formal; pemimpin agama; pemimpin masyarakat; atau pemimpin Negara, Anda akan sulit membayangkannya bercanda di pasar dengan salah seorang rakyatnya seperti kisah yang saya tuturkan (berdasarkan beberapa kitab hadis dan kitab biografi para sahabat, Asad al-ghaabah- nya Ibn al-Atsier ) di atas. Tapi itulah pemimpin agung, Uswah hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Dari kisah di atas, Anda tentu bisa merasakan betapa bahagianya Zahir Ibn Haram. Seorang dusun, rakyat jelata, mendapat perlakuan yang begitu istimewa dari pemimpinnya. Lalu apakah kemudian Anda bisa mengukur kecintaan si rakyat itu kepada sang pemimpinnya? Bagaimana seandainya Anda seorang santri dan mendapat perlakuan demikian akrab dari kiai Anda? Atau Anda seorang anggota partai dan mendapat perlakuan demikian dari pimpinan partai Anda? Atau seandainya Anda rakyat biasa dan diperlakukan demikian oleh --tidak usah terlalu jauh: gubernur atau presiden—bupati Anda? Anda mungkin akan merasakan kebahagiaan yang tiada taranya; mungkin kebahagiaan bercampur bangga; dan pasti Anda akan semakin mencintai pemimpin Anda itu. Sekarang pengandaianya dibalik: seandainya Anda kiai atau, pimpinan partai, atau bupati; apakah Anda ‘sampai hati’ bercanda dengan santri atau bawahan Anda seperti yang dilakukan oleh panutan agung Anda, Rasulullah SAW itu? Boleh jadi kesulitan utama yang dialami umumnya pemimpin, ialah mempertahankan kemanusiaanya dan pandangannya terhadap manusia yang lain. Biasanya, karena selalu dihormati sebagai pemimpin, orang pun menganggap ataukah dirinya tidak lagi sebagai manusia biasa, atau orang lain sebagai tidak begitu manusia.
***
Kharqaa’, perempuan berkulit hitam itu entah dari mana asalnya. Orang hanya tahu bahwa ia seorang perempuan tua yang sehari-hari menyapu mesjid dan membuang sampah. Seperti galibnya tukang sapu, tak banyak orang yang memperhatikannya. Sampai suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW tiba-tiba bertanya kepada para sahabatnya, “Aku kok sudah lama tidak melihat Kharqaa’; kemana gerangan perempuan itu?” Seperti kaget beberapa sahabat menjawab: “Lho, Kharqaa’ sudah sebulan yang lalu meninggal, ya Rasulullah.” Boleh jadi para sahabat menganggap kematian Kharqaa’ tidak begitu penting hingga perlu memberitahukannya ’ kepada Rasulullah SAW. Tapi ternyata Rasulullah SAW dengan nada menyesali, bersabda: “Mengapa kalian tidak memberitahukannya kepadaku? Tunjukkan aku dimana dia dikuburkan?”. Orang-orang pun menunjukkan kuburnya dan sang pemimpin agung pun bersembahyang di atasnya, mendoakan perempuan tukang sapu itu.
***
Nabi Muhammad SAW Anda anggap pemimpin apa saja, pemimpin formal kah; pemimpin non formal; pemimpin agama; pemimpin masyarakat; atau pemimpin Negara, Anda pasti akan sulit membayangkan bagaimana pemimpin seagung beliau, masih memiliki perhatian yang begitu besar terhadap tukang sapu, seperti kisah nyata yang saya ceritakan (berdasarkan beberapa hadis sahih) di atas. Tapi itulah pemimpin agung, Uswah hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Urusan-urusan besar tidak mampu membuatnya kehilangan perhatian terhadap rakyatnya, yang paling jembel sekalipun.
***
Anas Ibn Malik yang sejak kecil mengabdikan diri sebagai pelayan Rasulullah SAW bercerita: “Lebih Sembilan tahun aku menjadi pelayan Rasulullah SAW dan selama itu, bila aku melakukan sesuatu, tidak pernah beliau bersabda, ‘Mengapa kau lakukan itu?’ Tidak pernah beliau mencelaku.” “Pernah, ketika aku masih kanak-kanak, diutus Rasulullah SAW untuk sesuatu urusan;” cerita Anas lagi, “Meski dalam hati aku berniat pergi melaksanakan perintah beliau, tapi aku berkata, ‘Aku tidak akan pergi.’ Aku keluar rumah hingga melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar. Tiba-tiba Rasulullah SAW memegang tengkukku dari belakang dan bersabda sambil tertawa, ‘Hai Anas kecil, kau akan pergi melaksanakan perintahku?’ Aku pun buru-buru menjawab, ‘Ya, ya, ya Rasulullah, saya pergi.’” Nabi Muhammad SAW Anda anggap pemimpin apa saja, pemimpin formal kah; pemimpin non formal; pemimpin agama; pemimpin masyarakat; atau pemimpin Negara, dapatkah Anda membayangkan kasih sayangnya yang begitu besar terhadap abdi kecilnya? Tapi pasti Anda dapat dengan mudah membayangkan betapa besar kecintaan dan hormat si abdi kepada ‘majikan’nya itu. Waba’du; apakah saya sudah cukup bercerita tentang Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin teladan yang luar biasa itu? Semoga Allah melimpahkan rahmat dan salamNya kepada beliau, kepada keluarga, para sahabat, dan kita semua umat beliau ini. Amin.

Label:


Lebih lengkap........
posted by kang soem @ 10.10   0 comments
BENCANA, CSR DAN SOROS
22 September 2008
oleh: Michael YUDHA Winarno

SEMBURAN gas dan lumpur panas di sekitar kawasan eksplorasi PT Lapindo Brantas, Sidoarjo, Jawa Timur jelas bukan bencana alam [natural disaster]. Bencana ini timbul akibat ulah manusia [human-made disaster] dari aktivitas pengeboran yang dampaknya tidak kalah mengerikan dibandingkan bencana alam. Selain menyebabkan bencana lingkungan hidup, gangguan kesehatan dan kerugian ekonomi satu milyar per hari [Kompas, 13/06/06] bencana ini juga menegaskan bahwa manajemen penanganan bencana masih mandul. Baik perusahaan, pemerintah maupun masyarakat ternyata sama sekali tidak dapat belajar atas kasus-kasus maha bencana alam yang dalam dua tahun terakhir ini menghajar Republik tercinta.
Pelajaran utama yang dapat dipetik dari bencana gas dan lumpur panas ini adalah soal tanggung jawab sosial perusahaan alias CSR [Corporate Social Responsibility]. Lima belas hari berlalu tanpa upaya komprehensif penanggulangan bencana jelas mengindikasikan tidak adanya skenario kesiapsiagaan bencana [disaster preparadness] sejak fase awal kemunculan lumpur panas. Sebuah keanehan mengingat bisnis pertambangan sudah pasti menuntut tanggung jawab maha besar terkait dengan lingkungan hidup dan keberadaan masyarakat atau komunitas di sekitar lokasi bisnis. Sehingga tidak bekerjanya regulasi, perangkat dan metode siap siaga bencana dalam kasus ini sebenarnya tidak bisa diterima oleh akal sehat. Lalu mengapa soal CSR ini bisa menjadi mandul?
Jas Merah CSR
“Jangan sekali-kali melupakan sejarah,” demikian pesan Bung Karno. Maka ada baiknya kita telusuri sejarah perkembangan CSR di periode awal kelahirannya. Pada mulanya adalah abad ke-16. Situasi dimana kekuasaan gereja mulai kehilangan dominasinya atas kehidupan sosial kemasyarakatan dan diambil alih oleh peran negara. Otomatis berpindah pula tanggung jawab sosial tersebut ke tangan negara. Tetapi hukum alam menggariskan bahwa yang kekal di dunia fana ini adalah perubahan. Maka sejak abad ke-21 institusi bisnis atau korporasi menjadi kandidat pemegang kendali atas tanggung jawab sosial selanjutnya.
Setelah Perang Dunia II, Amerika menjadi satu-satunya kekuatan ekonomi yang dominan. Pemerintah US mengajak partisipasi korporasi Amerika untuk berperan dalam program pemulihan ekonomi Eropa dengan melakukan investasi luar negeri secara langsung. Dari sinilah korporasi transnasional Amerika muncul dan menjadi simbol kekuatan ekonomi Amerika. Jelas internasionalisasi modal Amerika memberi keuntungan kembali bagi Amerika.
Dan embrio CSR lahir ketika di tahun 1960-1976 negara-negara berkembang bersama western union dan aktivis sosial menyerukan perlunya suatu “New International Economic Order” yang akan mengatur lebih ketat aktivitas korporasi transnasional. Apalagi ketika Presiden Chili, Salvador Allende, delapan bulan sebelum kematiannya mengingatkan sidang umum PBB bahwa pemerintahannya yang telah terpilih secara demokratis akan digulingkan oleh korporasi trans-nasional Amerika, ITT [International Telegraph and Telephone Company] dengan dukungan CIA. Allende mengaku memiliki dan siap membeberkan dokumen berisi 18 rencana aksi ITT dan CIA. Kesaksian tersebut menggemparkan dunia usaha Amerika. Ketidakpercayaan publik atas korporasi meluas ke setiap ujung bumi. Dan ditambah dengan skandal korporasi tingkat tinggi dalam tubuh Enron & World Com serta gerakan demonstarasi masal anti globalisasi sejak 1998 sampai sekarang, CSR semakin menemukan landasan moralnya. Tuntutan publik akan regulasi yang ketat bagi korporasi juga semakin besar.
Menurut Joel Makower dalam Business for Social Responsibility [1994], CSR atau bisnis yang mengutamakan tanggung jawab sosial disajikan sebagai cara untuk menyeimbangkan kepentingan bisnis dan kepentingan masyarakat tanpa melibakan intervensi pemerintah lebih jauh ke dalam ruang pasar global. Artinya, CSR diharapkan mampu mencapai sukses komersil dimana penghormatan atas nilai-nilai etik dan penghargaan akan martabat manusia, komunitas dan lingkungan hidup dijunjung tinggi. Berangkat dari premis dasar korporasi bahwa semua perusahaan pasti memproduksi dampak sosial dan gangguan lingkungan hidup, maka orientasi mencari keuntungan melulu yang diukur dengan nilai uang tanpa memperhatikan keseimbangan kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup dalam perspektif CSR adalah kegagalan korporasi itu sendiri.
“Hukum CSR” inilah yang rupanya dipegang teguh oleh raksasa korporasi Wal-Mart. Maka tak heran meski telah menjadi raja bisnis dunia, Wal-Mart masih saja berinovasi dengan membuat sebuah rencana strategis yang visioner. Dalam sebuah ceramah bisnis paling penting pada 24 Oktober 2005 lalu, Lee Scott, CEO Wal-Mart menegaskan bahwa perusahaannya berkomitmen pada dunia “to making zero waste”. Artinya, Wal-Mart akan menggunakan 100% energi yang dapat diperbaharui dan menjual produk-produk berkelanjutan. Kecerdasan Lee rupanya berpijak pada keyakinan dan prinsipnya dalam berusaha, ”No CEO wants to hurt society or leave a legacy of environmental destruction,” katanya.
Sayangnya, hampir sebagain besar korporasi di Indonesia belum menjalankan prinsip-prinsip CSR yang sesungguhnya. Yang terjadi sesunguhnya baru sebatas pada fenomena “CSR Peduli”. Yaitu aktivitas reaktif dan latah dengan membuka posko peduli atau berduyun-duyun membagikan paket bantuan sembako dan memberi layanan kesehatan di wilayah bencana. Tentu saja dengan kampanye iklan di media massa dengan harapan mendapatkan citra positif perusahaan. Kegiatan Public Relations seperti ini memang tidak menyalahi prinsip solidaritas kemanusiaan tetapi menjadi aktivitas artivisial belaka dalam konteks CSR. Fenomena CSR Peduli ini ibarat orang kaya yang kikir dengan hanya melempar sekeping uang seratus perak pada pengemis yang meratap di gerbang mewah rumahnya. Masih lebih heroik aksi Robinhood yang menjarah harta istana dan membagikannya kepada orang miskin korban ketidakadilan dan pemerasan pajak.
Filsafat Soros
Kasus lumpur panas di wilayah kerja PT Lapindo Brantas membuka borok korporasi Indonesia. Selain dungu dan malas belajar dari sejarah, korporasi Indonesia rupanya juga mengalami rabun jauh dalam hal merumuskan perencanaan strategis. Barangkali karena watak kolonial warisan VOC-Belanda terlanjur menyusup ke darah daging, maka korupsi di tubuh korporasi - terutama korporasi milik negara - justru menjadi satu-satunya jamu kenikmatan yang terus diteguk sepanjang waktu. Jadilah perjamuan korupsi itu menyingkirkan jauh-jauh masalah tanggung jawab perusahaan pada lingkungan dan masyarakat, masa bodohlah dengan CSR.
Lain halnya dengan George Soros, mega milyuner dan filantropis keturunan Yahudi ini justru memakai uang untuk mempraktekkan keyakinan filosofisnya. Memang kontradiktif jika dirinya mengecam kapitalisme sedangkan hartanya berhasil dikumpulkan karena sistem kapitalis yang menguntungkannya. Tetapi niatnya untuk menjadi kaya setelah selesai berguru pada Karl Popper dan kehendak untuk mewujudkan impian filosofisnya, terbentuknya masyarakat dunia yang terbuka, ternyata menegaskan bahwa filsafat membutuhkan dana yang sangat besar. Orang boleh suka atau membencinya, tetapi untuk cita-cita mulia ini Soros patut mendapat acungan jempol.
Komitmen Soros mengucurkan separuh dari kekayaannya sebagai bentuk tanggung jawab sosial korporasinya demi perubahan masyarakat, komunitas dan lingkungan yang lebih baik dengan menawarkan gagasan “Masyarakat Terbuka” merupakan suatu bentuk CSR yang tidak hanya mutakhir tetapi sekaligus visioner-populis. Hakekat filsafat itulah yang mendorong Soros melalui jaringan filantropi internasional Open Society Institute di 50 negara mengeluarkan lebih dari 400 juta dollar per tahunnya. Belum termasuk hibah pada kampus yang didirikannya, Central European University di Budapest.
Soros sendiri meyakini bahwa jika kita peduli akan prinsip-prinsip universal seperti kebebasan, demokrasi dan supremasi hukum, maka kita tidak mungkin menyerahkan soal ini ke tangan kekuatan-kekuatan pasar. Kita harus membuat beberapa lembaga lain untuk menjaga kelestariannya. Inilah salah satu dasar CSR yang menjadi komitmen moral, buah dari refleksi kritis filsafatnya yang dulu dipelajari di London School of Economics.
“Barangkali ancaman terbesar terhadap kebebasan dan demokrasi di dunia sekarang berasal dari kolusi haram antara penguasa dan pengusaha,” katanya dalam “Open Society, Reforming Global Capitalism” yang buku terjemahan Indonesia-nya telah diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia. Sisi positif dari Soros inilah yang harus menjadi pelajaran bagi kita semua. Sehingga saling tuding dan lempar tanggung jawab antara menteri, departemen, pengusaha dan pemerintah lokal tempat di mana bencana lumpur panas Sidoarjo menyerang tidak perlu terjadi. Tetapi barangkali karena mereka adalah para penggemar cerita wayang dengan adegan klasik lempar batu sembunyi tangan sementara udang telah menunggu di balik batu, maka bencana kali ini pun tidak mendapatkan atensi yang sungguh-sungguh serius.
Mudah-mudahan, minimal karena keyakinan bahwa masih ada segelintir orang baik di negeri ini, harapan akan kesediaan korporasi Indonesia untuk segera mengembangkan metode dan perangkat CSR yang mumpuni segera terwujud. Semoga saja mereka tidak melulu sibuk mengejar target mendapatkan “CSR Award” dan mengabaikan dasar filosofis CSR yang visioner. Sebab suatu rencana strategis di belakang program-program CSR bisa jadi akan memberi kontribusi bagi pengurangan kemiskinan dan ketidakadilan sosial di Republik ini. Dua masalah utama yang harus segera dihapus bersama agar martabat orang Indonesia tegak berdiri

Label:


Lebih lengkap........
posted by kang soem @ 00.15   0 comments
BUDAYA MISKIN VS AJI MUMPUNG
19 September 2008
Menilik tragedi pembagian zakat yang mengakibatkan tewasnya 21 orang miskin di Pasuruan, memaksa kita untuk ikut ber-empati, betapa kemiskinan menjadi arena untuk mencari kesempatan dalam memperoleh rezeki dari pundi-pundi seseorang yang berkecukupan materinya.

Meski telah diakui, kemerosotan ekonomi bangsa ini telah menjadikan rakyat yang telah minim kesejahteraannya, semakin sengsara dengan ulah petinggi-petinggi yang mencoba bermain api dengan kesempatan selama mereka berkuasa.

Banyak pemberitaan, baik media cetak maupun elektronik, memaparkan, betapa kemiskinan dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan yang sumber dananya berasal dari pajak yang telah dibayarkan melalui perasan keringat rakyat.

Sebagai contoh; bangsa ini yang telah dikenal sebagai surga dari kekayaan alam, dimanfaatkan oleh manusia-manusia yang hanya berfikir sesaat.
Tengoklah Indonesia pada era tahun 1970-an. Penambangan minyak melalui pertamina, tidak dikelola dengan benar. Yang menyebabkan puluhan tahun berikutnya berdampak terhadap kemiskinan rakyat.
Mengapa pengelolaan penambangan minyak harus diberikan kepada perusahaan asing?, yang nota bene, mereka berusaha mencari keuntungan dari kekayaan bumi indonesia ini. Keuntungan apa yang diperoleh oleh bangsa ini apabila kekayaan hasil bumi diserahkan kepada bangsa asing?
Mencari keuntungan sesaat, dengan menomor duakan kepentingan rakyat adalah pemikiran aji mumpung yang tak akan terhapus dosanya. Dosa....?
Mungkin orang-orang yang memiliki kekuasaan saat itu tak lagi berfikir jernih untuk berfikir tentang dosa.

Contoh berikutnya adalah distribusi pupuk bagi petani-petani miskin. Mengapa negara besar yang telah berpengalaman sebagai negara agraris (saat itu), kini tidak lagi mempunyai pengetahuan dalam mendistribusikan pupuk untuk petani?
Semua ini berpulang kepada manusia-manusia yang tidak lagi memiliki hati nurani. Mengejar kekayaan yang sebenarnya tidak habis apabila dikunyah selama mereka masih bernyawa. Dan masih banyak lagi kasus-kasus lain yang tidak dapat disebut dalam penulisan ini.

BUDAYA MISKIN
Berbeda dengan pemegang kekuasaan yang haus darah rakyat jelata, masyarakat indonesia, kini juga mulai bangga dengan predikat sebagai rakyat miskin.
Banyak sekali kegiatan sosial yang seharusnya diperuntukkan bagi rakyat miskin, diperoleh juga oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab untuk ikut memperoleh fasilitas dan bantuan gratis.
Dengan mengaku sebagai orang miskin, mereka tanpa rasa malu, ikut pula mengantri mendapatkan bantuan.
Bantuan Langsung Tunai, banyak yang tidak tepat sasaran. Dana Jaring Pengaman sosial (JPS yang kemudian berubah menjadi PPMK), banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang sebenarnya berkecukupan materi. Distribusi kompor dan tabung gas, serta program-program lain, sering digunakan dalam menutupi kebobrokan mental masyarakat yang telah mulai malas berupaya.

Sungguh keprihatinan yang cukup mendalam, bahwa bangsa ini telah dipenuhi oleh manusia-manusia yang berjiwa “kapal keruk”.
Berapa lamakah bangsa ini akan bertahan dalam situasi seperti ini?

Label:


Lebih lengkap........
posted by kang soem @ 08.14   0 comments
Peran Manajer dan Humas bagi Organisasi
18 September 2008

Dalam benak saya, mengapa hubungan masyarakat (humas) sangat diperlukan bagi berlangsungnya perusahaan yang sangat membutuhkan masyarakat sebagai pemilik kepentingan (stake holder).

Berikut adalah artikel yang cukup lama saya mencarinya dan ingin sekali saya tularkan kepada pembaca :


Pengertian Dan Tujuan Manajemen Humas
Dalam pelaksanaan pekerjaannya seorang praktisi humas akan menggunakan konsep-konsep manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugasnya. Bahwa proses humas (tahapan fact finding, planning, communicating, evaluation). sepenuhnya mengacu pada pendekatan manajerial.
Untuk keperluan pembahasan manajemen hubungan masyarakat, maka sementara manajemen itu dapat dirumuskan sebagai suatu proses dari kelompok orang-orang yang secara koordinatif, memimpin kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Dalam proses tersebut kita jumpai teknik-teknik dan koordinasi tertentu yang dipergunakan oleh kelompok orang-orang yang disebut manajer di dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan itu sendiri. Proses ini pun mencakup fungsi-fungsi dasar dengan pendekatan analistik seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dalam melaksanakan manajemen (POAC, Planning, Organizing, Actuating, Controlling).

Peran Manajer dan Hubungan Masyarakat
Dengan melihat proses peranan manajemen dan hubungan masyarakat (humas) dalam suatu organisasi yang sudah dikemukakan, dapatlah dikatakan bahwa manajemen itu adalah upaya menyusun sasaran dan kerja sama melalui orang lain. Di samping itu, untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif dan agar pekerjaan terlaksana dengan baik. Fungsi dan tanggung jawab manajer humas hendaknya mengupayakan terjadinya hubungan yang lancar dan efektif antara semua bagian dalam perusahaan di satu sisi dan antara perusahaan itu dengan publik internal dan publik eksternal.
Staf humas harus menerapkan ketiga prinsip dasar fungsi hubungan masyarakat dan mampu secara objektif menanggapi pendapat dan sikap publik. Dengan demikian ia dapat memberi masukan pada pimpinan untuk menciptakan lingkungan usaha yang saling menguntungkan dan berkelanjutan serta mampu bersaing.
Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari, tiap staf humas harus mempelajari setiap langkah dan sasaran perusahaan. Memantau keadaannya sejauh mana langkah dan sasaran itu akan mempengaruhi lingkungan. Apakah pendapat umum terhadap langkah dan sasaran itu. Hasil pemantauan hari ini dibandingkan lagi dengan hasil pemantauan esoknya dan begitu seterusnya secara berkesinambungan.
Tanggung jawab khusus manajer hubungan masyarakat ialah mengelola stafnya agar setiap langkah selalu berlangsung efektif. Melaksanakan koordinasi pekerjaan agar jangan sampai ada pekerjaan yang tumpang-tindih, mengawasi pekerjaan staf agar jangan menyimpang jauh dari perencanaan dengan metode kerja yang benar, alat kerja yang sesuai, dan informasi kerja yang tepat.
Penilaian dan hal-hal lain yang khas ada pada manajer hubungan masyarakat antara lain mungkin perlu penataran baru, penyaringan baru untuk mendapatkan tenaga inti atau diperlukannya penambahan tenaga yang berkualitas tertentu.
Kualitas yang khas pada manajer hubungan masyarakat ialah kemampuan menganalisis. Setiap anggota staf humas juga harus berkemampuan sebagai juru analisis. Manajer hubungan masyarakat harus pula bisa membenahi dirinya, dan menganggap dirinya mampu bekerja efektif tanpa perintah, karena manajer humas sendiri bukan mengurus bagian yang memberi perintah.
Manajer humas adalah bagian yang mewakili perusahaan terhadap publik dan mewakili publik pada perusahaan. Dengan demikian, tiap bagian lain dalam perusahaan itu tahu bahwa pimpinan puncak termasuk manajer humas tingkat dan bobotnya sama dengan rekan pimpinan puncak bagian lain. Manajer humas harus pula dapat menyajikan hasil evaluasi akurat tentang:
lingkungan
sikap dan pendapat publik
efektivitas manajemen humas
pengaruh tiap bagian yang harus dirasakan juga oleh manajer humas.
* Evaluasi tersebut meliputi ruang lingkup tugasnya manajer humas dalam rangka mengatur/memanfaatkan kegiatan internal dan eksternal.
Hubungan Masyarakat Unsur Pendukung Kegiatan Organisasi
Dalam bagian pertama dari modul ini dibahas mengenai fungsi hubungan masyarakat untuk mendukung tujuan organisasi atau perusahaan. Humas sebagai bidang ilmu pengetahuan interdisipliner dapat memberikan jawaban, sejauh praktisinya mampu mengembangkan ilmu ini dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, untuk ini disajikan kembali berbagai definisi kehumasan, termasuk definisi yang disebut dengan Statement Mexico. Definisi ini mempertegas kedudukan Humas dalam jajaran ilmu-ilmu sosial lainnya, terutama yang berkaitan dengan ilmu komunikasi. Definisi ini kembali menggarisbawahi tugas Humas harus dilandasi dengan riset, konsultasi dengan pimpinan organisasi, program berencana dan tanggung jawab sosialnya. Juga disimpulkan adanya empat unsur pokok mengenai falsafah yang dikandung oleh humas.
Peranan humas untuk menanamkan sense of belonging pada publiknya dalam upaya untuk memenangkan tujuan organisasi, yang tentunya berlandaskan keterampilan humas agar dapat menyentuh persepsi publik sasaran. Hal ini harus dipahami bahwa dengan cara sistematis dan terencana akan dapat diraih dan dimenangkan sasaran pokok kegiatan humas untuk memenangkan dan meraih opini publik yang menguntungkan bagi organisasi. Semua ini bertitik tolak pada posisi humas sebagai unsur pendukung kegiatan organisasi.


Hubungan Masyarakat sebagai Pusat Informasi
Arti penting informasi bagi pelaksanaan tugas praktisi hubungan masyarakat dibahas dalam Kegiatan Belajar 2 dalam modul ini. Penguasaan informasi merupakan syarat mutlak bagi praktisi dalam mengemban tugasnya di dalam suatu organisasi, baik dalam hubungannya dengan pihak pimpinan, maupun dengan khalayak dalam, dan terlebih lagi dengan khalayak luar, informasi merupakan masukan yang harus dikuasai atau dimiliki.
Dalam hal ini kita mengacu pada proses pengalihan PR yang dirumuskan oleh Frank Jefkins, yang dengan jelas mengemukakan perlunya dijernihkan dulu berbagai masalah yang sedang dihadapi agar pelaksanaan kehumasan dapat berjalan dengan baik.
Semua ini tidak terlepas dari upaya untuk mengubah perilaku khalayak melalui dua jenjang, yaitu transforming role dan socializing role. Yang pertama dimaksudkan untuk mengubah perilaku publik, sementara yang kedua adalah hasil yang dapat diperoleh.
Pada kegiatan belajar ini dibahas pula peranan yang dimainkan oleh para praktisi humas pemerintah yang tergabung di dalam organisasi Bakohumas, dan peranan yang dilakukan praktisi tidak sama dengan rekan-rekannya pada humas swasta. Sekalipun dasar pengetahuan kehumasan itu sama, tetapi jelas para anggota Bakohumas harus mengikuti jalur yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini berbeda dengan praktisi swasta, yang tergabung di dalam Perhumas yang bebas melakukan tugasnya untuk mencapai sasaran.
Dari uraian ini jelas bagi kita bahwa kerja humas tidak dapat ditangani sambil lalu, tetapi harus profesional sebagai suatu bidang ilmu. Kita kutip uraian Prof. Dr. Astrid Susanto mengenai bidang-bidang spesialisasi dalam kehumasan, yang dibagi dalam beberapa kelompok. Dari uraian ini jelas dapat kita simak masalah yang dihadapi praktisi terlalu banyak dan beragam, serta menuntut harus ada ketentuan.
Juga dikutip pendapat seorang pakar marketing, PR. Smith, tentang arti informasi dalam bidang militer dan marketing, bahwa informasi dapat menciptakan power. Dalam kaitan ini dikutip pula pendapat Jefkins tentang posisi praktisi dalam suatu organisasi yang merupakan mata, telinga dan suara dari perusahaan. Posisi ini harus berada pada jajaran pimpinan, dan hal ini sama dengan sudut pandang Ivy Lee pada permulaan abad ini.
Sumber Buku Manajemen Humas karya Mahidin Mahmud dan Alex Rumondor

Label:


Lebih lengkap........
posted by kang soem @ 01.56   0 comments
KOMITMEN & KONSISTEN
14 September 2008
Berupaya eksis menjadi diri sendiri dalam perubahan global

Perubahan global yang telah terjadi pada kehidupan akhir-akhir ini, mulai dirasakan oleh para praktisi perekonomian maupun kehidupan bersosial masyarakat.
Kebutuhan akan kehidupan yang sejahtera dan impian-impian yang memaksa seseorang untuk menghalalkan segala cara, mulai ditempuh untuk mencapai keinginan dengan cara yang instan.
Idealisme yang dulu begitu dijunjung tinggi, mulai berangsur luntur dan telah mencair karena tuntutan hidup yang semakin keras.
Hal ini, disebabkan oleh ketidak puasan akan sistem yang mulai menginjak-injak tata krama dan etika bersosial.
Seseorang yang telah bekerja dengan taat aturan, disiplin dan loyalitas tinggi terasa kosong dan tidak dihargai oleh sistem. Sehingga jenjang karier yang diharapkan makin menjauh dan tidak sesuai harapan.
Etika sosial yang seharusnya dijunjung untuk menghindari konflik kepentingan, kini mulai menyeruak akibat kepentingan kelompok-kelompok yang justru merusak sistem itu sendiri.
Sebagai contoh; sebuah departemen yang didalamnya terdiri dari “orang-orang kuat”, berusaha agar orang-orang disekelilingnya dapat menduduki kursi-kursi manajer yang seharusnya diperuntukkan bagi karyawan yang telah menyiapkan dirinya secara skill dan mental.
Hal inilah yang mengakibatkan banyak karyawan dalam departemen lain mulai merasa tersingkirkan, dan tidak dihargai kerja kerasnya. Dampak secara luas dari keputusan seperti ini akan menjadikan kelompok orang-orang yang tidak puas menjadi sebuah oposisi dalam sebuah organisasi.
Memposisikan menjadi oposisi dalam organisasi, akan memiliki dampak yang kurang baik bagi perjalanan organisasi itu sendiri dan yang lebih parah, kelompok orang-orang tersebut akan semakin suram jenjang kariernya.

MENJADI DIRI SENDIRI
Hal seperti diatas tentunya menjadi pilihan yang sulit bagi seseorang yang masih memiliki semangat untuk memperbaiki kondisinya. Tetap memiliki semangat kerja dan loyalitas terhadap tugas yang diembannya, sementara sistem dan kelompok orang-orang kuat masih bercokol ditampuk pimpinan (pembuat sistem), semakin menjadikan dirinya kerdil.
Namun, bagi individu yang tetap komitmen dan memiliki konsistensi berfikir dan bersikap, hal ini akan dirasakan sebagai sebuah proses pematangan untuk mencapai keinginannya.
Tapi... akan berapa lama hal ini berlangsung?
Ibarat seorang anak kecil yang akan memulai hari pertamanya masuk sekolah, apabila pada malam harinya dia sudah memimpikan untuk segera masuk sekolah, maka jam yang ditunggunya akan terasa lama. Tapi bagi individu yang tetap berorientasi proses, hal ini akan dijalaninya sebagai sebuah rutinitas.
Kelompok atau pemegang tampuk pimpinan akan merasakan bahwa seseorang dengan komitmennya serta konsistensinya bertindak lambat laun akan diperhatikan.

BERFIKIR KREATIF
Sejalan dengan sikap menjadi diri sendiri, hal yang cukup penting agar seseorang akan diperhatikan oleh yang lain, seorang individu harus pula berfikir kreatif dan mengembangkan dirinya agar dapat memiliki nilai lebih dibanding yang lainnya.
Bagaimana caranya?
Tetaplah berfikir bahwa pengembangan diri tidak hanya melulu didapat dari lingkungan kerja saja, namun memanfaatkan seluruh fasilitas yang ada, mencari sumber keilmuan lain yang mendukung kinerja, dan mengaplikasikan dalam rutintas, akan dapat menghasilkan nilai lebih bagi diri sendiri.

Label:


Lebih lengkap........
posted by kang soem @ 19.47   0 comments
Indonesia Resmi Keluar Dari OPEC
13 September 2008
Vienna (ANTARA News) - Indonsia secara resmi keluar dari Organisasi Negara pengekspor Minyak (OPEC), menurut pengumuman organisasi itu, Rabu, setelah pertemuan di Vienna."Konferensi dengan hormat menerima permohonan Indonesia untuk menunda keanggotaan penuhnya di organisasi ini dan menitipkan harapannya negara ini akan berada di posisi untuk kembali bergabung dengan organisasi dalam waktu tidak terlalu lama di masa mendatang," kata OPEC dalam pernyataannya pada akhir pertemuan.Indonesia salah satu anggota terkecil OPEC dan satu-satunya dari Asia, akhir Mei mengumumkan keinginannya keluar dari organisasi pengekspor minyak karena telah menjadi negara pengimpor minyak.Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan bagaimanapun Indonesia akan kembali bergabung jika produksinya meningkat, sejalan dengan upaya yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas produksi setelah bertahun-tahun investasinya di sektor ini turun."Jika produksi kami kembali ke level seperti semula yang memberi kami status sebagai negara pengekspor minyak, saya fikir kami dapat kembali menjadi anggota OPEC," katanya.Ketika anggota OPEC lainnya menikmati keuntungan dari kembali tingginya harga minyak di dunia, Indonesia yang bergabung dengan OPEC 1961 justru tidak mampu mencukupi kebutuhan cadangan terbukti ke pasar sebesar 4,37 miliar barel.Beberapa pejabat Indonesia mengkritik kurangnya perhatian dari OPEC untuk anggotanya yang kecil, yang menderita dari ketidakpastian otrganiasasi untuk memperkuat pasokan.Kalangan analis juga menuduh pemerintah terdahulu lalai untuk mengelola kandungan minyak dan gas yang kaya di Indonesia. Produksi minyak di kapulauan ini turun sejak 1995, kata Yusgiantoro. Pemerintah awal tahun ini menurunkan perkiraan penjualan minyak untuk 2008 menjadi 927.000 barel per hari dari sebelumnya 1.034 juta barel per hari, demikian AFP.(*)

Label:


Lebih lengkap........
posted by kang soem @ 03.14   0 comments
INFORMASI : POWER ATAU DISTROYER
12 September 2008
Informasi yang merupakan suatu kebutuhan yang pada abad ini merupakan alat untuk menyampaikan argumentasi maupun hanya sekedar memberitakan sebuah informasi, kini telah diakui memiliki peran penting guna mencapai suatu tujuan.
Banyak sekali media, baik cetak maupun elektronik, dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi yang hanya sekedar alat pengingat, maupun alat untuk merayu pembaca agar bisa terlena sehingga dapat mengikuti keinginan dari si penyebar informasi.

Lebih lengkap........
posted by kang soem @ 09.19   0 comments
KANGSOEM

ARTIKEL
SIMPANAN
Powered by

BLOGGER


© 2008 KangSoem.blogspot Blogspot Template by Isnaini Dot Com